Jakarta – Setelah beberapa waktu bergerak dalam rentang terbatas, harga emas dunia (XAU/USD) kembali menunjukkan kekuatannya. Pada perdagangan Rabu, 20 Agustus 2025, harga emas melonjak dari area USD3.330 menuju kisaran USD3.350. Kenaikan ini bukan tanpa sebab; para investor kembali melirik emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian yang meningkat. Lantas, apa saja faktor di balik penguatan ini dan langkah apa yang harus diambil investor?
Mengapa Emas Menguat?
Penguatan harga emas kali ini didorong oleh kombinasi faktor fundamental dan teknikal yang saling mendukung. Dua katalis utama yang menopang kenaikan ini adalah:
- Tekanan Politik terhadap Dolar AS: Ketidakpastian politik yang mencuat di Washington menempatkan tekanan pada dolar AS. Pasar melihat adanya potensi gangguan terhadap independensi kebijakan bank sentral AS, The Fed. Dalam kondisi seperti ini, minat terhadap aset yang dianggap ‘aman’ seperti emas (bullion) meningkat. Investor cenderung mencari perlindungan dari risiko politik dan ketidakstabilan ekonomi, dan emas secara historis menjadi pilihan utama. Indeks Dolar (DXY) tercatat menurun tipis, yang secara tidak langsung membuat emas, yang diperdagangkan dalam dolar AS, menjadi lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
- Penurunan Imbal Hasil Riil: Ini adalah faktor teknis yang sangat penting. Imbal hasil riil (real yield) adalah imbal hasil obligasi dikurangi inflasi. Ketika imbal hasil riil menurun, biaya peluang (opportunity cost) untuk memegang emas—yang tidak memberikan bunga—ikut menurun. Imbal hasil Treasury AS 10 tahun bergerak turun, dan imbal hasil riil pun ikut merosot mendekati 1,931%. Kombinasi dolar yang melemah dan imbal hasil riil yang turun secara historis sangat mendukung kinerja emas karena membuat aset tanpa bunga ini menjadi lebih atraktif.
Selain itu, secara teknikal, analis dari Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, mengonfirmasi bahwa tren *bullish* pada XAU/USD kembali menguat. “Momentum naik tampil lebih solid dibanding awal pekan,” ujarnya. Ini menunjukkan bahwa pergerakan harga saat ini didukung oleh pola grafik dan indikator teknis yang mengindikasikan tren naik.
Menanti Sinyal dari The Fed
Meskipun emas sedang menguat, pasar tetap berada dalam mode “tunggu dan lihat” menjelang dua agenda penting dari The Fed: rilis risalah rapat Agustus dan pidato Ketua Jerome Powell di Jackson Hole. Kedua acara ini diperkirakan akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter AS ke depan.
Saat ini, ekspektasi pasar masih condong ke arah pemangkasan suku bunga. Probabilitas pasar terbaru mengindikasikan adanya peluang sekitar 85% untuk penurunan 25 basis poin pada pertemuan The Fed September. Skenario “soft easing” atau pelonggaran kebijakan yang hati-hati seperti ini cenderung suportif bagi emas. Namun, Andy Nugraha mengingatkan, pasar sangat sensitif terhadap *headline* atau berita dadakan. Perubahan narasi dari pejabat The Fed bisa mengubah arah harga emas dalam waktu singkat.
Strategi Jitu: Apa Kata Analis untuk Investor?
Mengingat kondisi pasar yang dinamis, Andy Nugraha merekomendasikan pendekatan berbasis level bagi para investor emas. Berikut adalah panduan yang bisa diterapkan:
- Skenario Uptrend Berlanjut: Jika dorongan beli terus berlanjut, harga emas berpotensi menguji resistensi terdekat di USD3.357. Penembusan bersih di atas level ini akan membuka ruang kenaikan tambahan, mengaktifkan target pergerakan menuju zona *supply* berikutnya. Bagi investor yang agresif, ini bisa menjadi sinyal untuk menambah posisi.
- Skenario Koreksi (Pullback): Apabila terjadi jeda atau koreksi teknikal, area USD3.325 dipandang sebagai support pertama yang layak diawasi. Selama harga bertahan di atas level ini, bias intraday emas tetap konstruktif. Potensi strategi *buy the dip* (membeli saat harga turun) masih valid di area ini. Namun, penembusan tegas di bawah USD3.325 akan menunda bias bullish dan mengembalikan harga ke area konsolidasi sebelumnya, yang memerlukan kewaspadaan ekstra.
Prinsip Utama Investasi Emas
Di tengah volatilitas, disiplin manajemen risiko menjadi kunci. Andy menekankan pentingnya menempatkan *stop-loss* yang adaptif dan menentukan ukuran posisi yang terukur. Investasi emas harus dilihat sebagai bagian dari diversifikasi portofolio untuk melindungi nilai dari inflasi dan gejolak pasar, bukan sebagai skema *get-rich-quick*.
Secara keseluruhan, emas berada dalam konfigurasi bullish yang berhati-hati. Dorongan naik mendapat dukungan dari pelemahan dolar, penurunan yield, dan harapan penurunan suku bunga. Namun, validasi kenaikan yang signifikan membutuhkan konfirmasi di atas level resistensi yang telah ditetapkan.
Sumber: metrotvnews.com