Home / Internasional / PBB Kecam Serangan Israel di Rumah Sakit Gaza, Desak Gencatan Senjata

PBB Kecam Serangan Israel di Rumah Sakit Gaza, Desak Gencatan Senjata

PBB Kecam Serangan Israel di Rumah Sakit Gaza, Desak Gencatan Senjata

Presiden Majelis Umum PBB (UNGA), Philemon Yang, mengecam keras serangan Israel di Rumah Sakit Nasser, Jalur Gaza selatan. Pernyataan ini ia sampaikan melalui juru bicara Majelis Umum, Sharon Birch. Yang menuntut agar serangan semacam itu segera berakhir. Ia menekankan bahwa pembunuhan warga sipil, jurnalis, dan tenaga medis di Palestina tidak dapat diterima. Pernyataan ini menunjukkan kekhawatiran global terhadap tindakan militer Israel di wilayah konflik, yang terus menimbulkan korban jiwa.


Desakan Gencatan Senjata dan Akses Kemanusiaan

Yang kembali menegaskan desakan untuk gencatan senjata. Ia meminta gencatan senjata segera di Gaza. Lebih dari itu, ia mendesak Israel memberikan “akses penuh, cepat, aman, dan tanpa hambatan” kepada organisasi kemanusiaan. Tujuannya adalah untuk mengirimkan bantuan bagi mereka yang membutuhkan di Jalur Gaza. Sementara itu, Yang juga mendesak pembebasan para sandera yang ditawan di Gaza. Permintaan ini mencerminkan kebutuhan mendesak akan bantuan di wilayah tersebut. Situasi kemanusiaan yang memburuk membuat langkah ini sangat krusial.

Serangan Israel terhadap Rumah Sakit Nasser telah menimbulkan banyak korban. Serangan ini terjadi pada Senin (25/8). Setidaknya 47 warga Palestina tewas, termasuk enam jurnalis. Puluhan lainnya mengalami luka-luka. Awalnya, Kementerian Kesehatan melaporkan 20 orang tewas, termasuk lima jurnalis dan seorang petugas pemadam kebakaran. Mereka tewas dalam serangan udara Israel di Kompleks Medis Nasser di Khan Younis, Gaza selatan.


Jurnalis Jadi Korban

Laporan menunjukkan tentara Israel menyerang lantai empat salah satu gedung kompleks tersebut. Mereka menggunakan dua serangan udara. Serangan kedua terjadi saat tim penyelamat tiba. Mereka datang untuk mengevakuasi korban. Akibatnya, beberapa jurnalis menjadi korban tewas. Di antara mereka ada Hussam al-Masri, jurnalis foto Reuters. Saluran Al Jazeera mengonfirmasi kematian fotografernya, Mohammad Salama. Tragedi ini menambah daftar panjang korban sipil, termasuk mereka yang bertugas meliput konflik.

Sumber medis juga mengonfirmasi kematian jurnalis foto Mariam Abu Dagga. Selain itu, jurnalis foto Moaz Abu Taha juga tewas. Serangan Israel menargetkan rumah sakit tersebut. Sumber medis juga memberi tahu Anadolu bahwa Ahmed Abu Aziz, seorang reporter lepas, juga meninggal. Ia menderita luka-luka akibat serangan tersebut. Tragedi ini menjadi pengingat pedih akan bahaya yang dihadapi oleh jurnalis di zona perang.


Dampak Serangan Militer di Gaza

Israel telah membunuh hampir 63.000 warga Palestina di Gaza sejak Oktober 2023. Serangan militer tersebut menghancurkan wilayah kantong itu. Kini, wilayah tersebut menghadapi krisis kelaparan. Situasi kemanusiaan terus memburuk setiap harinya. Kekerasan ini telah menciptakan dampak yang menghancurkan bagi seluruh populasi, menyebabkan penderitaan yang tak terbayangkan.

Serangan terhadap fasilitas medis seperti Rumah Sakit Nasser adalah perhatian serius. Ini adalah pelanggaran hukum internasional. Para pemimpin dunia dan organisasi kemanusiaan terus menyuarakan kekhawatiran. Mereka menuntut perlindungan bagi warga sipil dan pekerja medis. Seiring dengan berlanjutnya konflik, tekanan internasional untuk menghentikan kekerasan terus meningkat. Masyarakat global menanti respons yang lebih konkret dari pihak-pihak terkait. Pertanyaannya sekarang, akankah seruan ini membuahkan hasil nyata atau hanya menjadi seruan tanpa tindakan?

Sumber: antaran.com

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *